SI PENGGENGGAM BARA API & SI ASING

“Ah kaku lo! Gak asik”
“Anti-pancasila!!”
“Dasar intoleran!”
“Ih radikal banget sih dia”
“Ah gue males banget sama lo, close-minded banget”
“Gak nikmatin masa muda banget sih?”
“Liat deh, jilbab nya panjang bangetㅡ liat tuh celana nya nyingkrang jenggotan pula, fanatik banget sih”
“Ah elu bawa-bawa agama mulu”

Ungkapan diatas sudah seringkali terdengar di telinga kita, mereka yang berdiri di atas nama pancasila, sekulerisme, liberalisme, feminisme, dan ‘toleransi’ justru sedang gencar ingin menjatuhkan agama kita, agama islam.

Mereka menganggap aturan dalam islam adalah beban, seakan mereka lupa jika bertahan dalam kesabaran ada surga sebagai imbalan. Akal manusia dikedepankan, Sedangkan firman Allah dikesampingkan bahkan diabaikan.

Di era ‘millennial’,
Pemuda yang berjalan diatas nama agama pasti tidak asing dengan caci-makian, sindiran, dan tanggapan buruk lainnya.

Karena di era ini,
Kita akan dianggap toleran, saat kita semakin jauh bahkan melupakan syariat di dalam agama islam. Padahal toleran di islam sudah dijelaskan secara padat, tegas, jelas dan singkat di surah Al-Kafirun (109) : 6. Dan jika benar-benar toleran, seharusnya dapat menerima apa yang sudah di firman kan Allah di dalam Al-Qur’an tanpa harus mengusik keimanan dan ketaqwaan seorang muslim dengan sebutan intoleran

Kita akan dianggap pancasilais, saat kita mendukung si penghina Al-Qur’an. Ah, yang satu ini sudah malas untuk dibahas, keberadaan si penghina juga tidak jelas

Kita akan dianggap open-minded, saat kita ikut paham liberal dan sekuler. Sekarang yang menutup pemikiran terhadap syariat agama nya sendiri siapa? 🙂 . Siapa yang selalu menutup telinga saat diingatkan, seakan tidak mau patuh kepada Allah

Kita akan dianggap orang yang asik, kalo kita apa-apa gak ‘membawa’ agama. Loh? Terus kalau agama kita tidak kita bawa, lantas mau kita taruh dimana? Mau dijadikan pajangan saja?

Adil? Memang tidak, tetapi…

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ
a laisallohu bi`ahkamil-haakimiin

“Bukankah Allah hakim yang paling adil?
[ QS. At-Tin (95) : 8 ]

Di zaman ini, saat kita berpengang teguh dengan Al-Qur’an dan hadits pasti kita dapat beragam tanggapan ada yang senang, ada juga yang terusik.

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”

(HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Nah, mungkin sekarang zaman yang dimaksud Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Kenapa sih menggenggam bara api? Karena..

Di zaman ini, maksiat tersebar dimana-mana bahkan yang bermaksiat berbangga akan kemaksiatan nya

Di zaman ini, butuh kesabaran yang lebih karena cacian bagi ummat muslim yang berpegang teguh pada keduanya sangat mudah didapatkan

Di zaman ini, saat kita berusaha menyampaikan kebenaran selalu saja disalahkan

Di zaman ini, penuh dengan ujian yang insya Allah menaikkan level keimanan. Saat kita sabar, ada surga menanti.

Karena semua yang kita lakukan ada pembalasannya baik kebaikan maupun keburukan

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ
fa may ya’mal misqoola zarrotin khoiroy yaroh
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
wa may ya’mal misqoola zarrotin syarroy yaroh

“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”

[ QS. Az-Zalzalah (99) : 7-8 ]

Ohiya, sering banyak yang bilang pemuda yang berpengang teguh kepada islam seakan tidak pernah menikmati masa muda nya. Hmm, sebenarnyaㅡ kalau kita lakukan dengan ikhlas semua nya akan terasa mudah dan menyenangkan kok, lagipula lebih enak menikmati di akhir daripada menikmati di awal, tapi akhirnya menyesal.

Karena apa yang kita lakukan di masa muda ini, itu bukan untuk foya-foya, bukan untuk menghabiskan duit orang tua, bukan untuk berzina melainkan kita harus dapat menjadi orang yang bermanfaat di masa depan, orang yang selalu berbakti kepada orang tua, dan menjadi orang yang sukses bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.

“Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:

(1) Imam yang adil,

(2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah,

(3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid,

(4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,

(5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan

(6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta

(7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”

(HR. Bukhari Muslim)

Dalam hadits tersebut sudah dijelaskan tentang bagaimana pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, akan menjadi salah satu yang akan dinaungi Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.

Kita harusnya pengen dong jadi pemuda seperti itu? 🙂

Di zaman ini, juga istilah fanatik sering disandingkan dengan mereka yang berpegang teguh dengan agama mereka,

Loh, bukannya bagus ya kita fanatik dengan agama kita sendiri dengan Allah dan Rasul-Nya? Daripada kita harus fanatik dengan idola yang tidak akan memberi syafa’at di Hari Akhir dan malah menambah dosa kita.

Jadi, kesimpulannya kita tidak perlu sedih, saat kita disindir atau di caci maki saat kita berada di jalan-Nya. Karena sebagai orang beriman kita tidak boleh bersedih seperti yang di firman kan Allah pada surah

Ali-‘Imran (3) : 139

وَلَا تَهِنُوْا وَ لَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
wa laa tahinuu wa laa tahzanuu wa antumul-a’launa ing kuntum mu`miniin

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman.”

Dan juga ada Hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing

(HR. Muslim no. 145).

Tuhh, Rasul udah bilang beruntunglah orang yang asing jadi jangan sedih lagi, ok?

Tetapi, dengan seperti ini kita jangan lantas menjadi sombong dan merasa paling benar, karena kita tidak pernah tau apakah amal kita diterima atau tidak, karena Allah sangat membenci kesombongan seperti yang ada di surah

لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرِ

“Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,”


QS. Al-Hadid 57:23

Sekarang adalah tugas kita untuk terus istiqomah untuk berada di jalan-Nya, selalu mengharapkan ridho, hidayah, serta rahmat dari-Nya. Agar Insya Allah kita mendapatkan surga-Nya kelak.

ㅡㅡ
Saya menulis blog kali ini, bukan berniat menggurui melainkan untuk menasehati diri sendiri. Dan ingin mengucapkan rasa syukur atas taufik dan hidayah yang telah Allah berikan sehingga saya dapat terus berislam senyaman ini,

Dan saya juga bersyukur telah menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai panutan dalam kehidupan ini dan menjadi salah satu dari ummatnya.

Dan saya juga bersyukur telah dikirimkan Allah kedua orang tua yang selalu mendukung apa yang saya perbuat selama dalam jalan yang benar dan selalu menasehati saat saya membuat kesalahan.

Dan saya juga bersyukur telah dipertemukan oleh Allah dengan sosok yang menginspirasi saya untuk berani berbicara dan bersikap lalu berusaha tidak mempedulikan jika ada yang membenci pada akhirnya, selama kita berada di jalan yang benar. Bahkan, sosok ini juga mengajarkan saya untuk tetap bersinar saat yang lain berusaha meredupkannya.

Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat ❤

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.